Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Tari Likuari

  Likurai dalam bahasa Tetun (bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Kabupaten Belu) mempunyai arti menguasai bumi. Liku artinya menguasai dan Rai artinya Tanah atau Bumi. Lambang tarian ini adalah wujud penghormatan kepada para pahlawan yang telah menguasai atau menaklukan bumi. Tarian adat ini ditarikan oleh feto-feto kebas (wanita-wanita cantik) dengan mempergunakan gendang-gendang kecil yang berbentuk lonjong terbuka di salah satu sisinya dan dijepit di bawah ketiak sambil dipukul dengan irama gembira dengan gerakan berlenggak-lenggok diikuti dengan derap kaki yang cepat sesuai dengan irama pukulan.Tarian Likurai dahulunya merupakan suatu tarian perang, yaitu tarian yang ditarikan oleh para wanita baik wanita berusia muda maupun yang berusia tua ketika menyambut atau menyongsong para pahlawan yang pulang dari medan perang. Konon ketika para pahlawan yang pulang perang dengan membawa kepala musuh yang telah dipenggal (sebagai bukti keperkasaan), maka para feto (wanita tua dan

Reba

  Reba merupakan upacara syukuran atau keberhasilan panen, dan untuk kesehatan jiwa raga. Reba dilaksanakan setiap tahun mulai bulan Desember sampai Februari sebelum perayaan rabu abu. Bagi umat Katholik, Reba melibatkan komunitas masyarakat yang ada berjumlah ratusan orang dengan menggunakan pakaian adat. Tahapan Reba adalah sebagai berikut : Dheke Reba: Pemapan dalam satu suku (woy) untuk memecahkan seluruh pertikaian didalam suku. Apabila semua mencapai kesepakatan mereka akan dilanjutkan dengan tarian Reba. Tarian Reba adalah suatu bentuk tarian ditengah kampung yang membentuk suatu Lingkaran serta diiringi pantun dan syair yang silih berganti antara wanita dan pria. Seluruh keluarga melaksanakan kesepatan yang dibuat bersama (rekomendasi keluarga) dijalankan selama 1 tahun.

kotakea

  Salah satu kebudayaan daerah yang diwariskan secara turun temurun adalah Busana atau pakaian tradisional yang dimiliki oleh suku-suku bangsa di Papua yang secara umum dihari ini dikenal dengan nama Koteka. Adalah menarik dan unik ketika kita berbicara mengenai pakaian tradisional suku-suku bangsa di Papua terutama mereka yang hidupnya pada wilayah ekologis pegunungan tengah yang juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Koteka menurut cerita mitos penciptaan manusia di pegunungan tengah hadir bersamaan dengan kehadiran manusia artinya tidak dibawa masuk oleh orang atau suku bangsa lain dari luar suku bangsa mereka dan koteka merupakan milik mereka sendiri.

tinju adat

  Ritual Etu diselenggarakan setiap tahun berdasarkan pada perputran bulan (kosmologi). Dalam perspektif upacara perspektif upacara ritual pertanian merupakan suatu pesta dengan kultur bulan yang mengikat suatu masyarakat dalam tradisi yang teratur berdasarkan peredaran bulan setahun.Upacara Etu (Tinju Tradisional) meliputi beberapa tahap upacara dengan kegiatan dan waktu yang ditentukan. Setelah tiba waktu yang ditetapkan, upacara Etu mulai dilaksanakan tahap demi tahap sampai mencapai puncaknya pada waktu Etu (Tinju Tradisional)

Pasola

Pasola merupakan suatu bentuk aktivitas masyarakat yang sangat berhubungan dengan prosesi ritual dan kepercayaan masyarakatnya terutama Marapu. Pasola secara simbolik merupakan suatu perwujudan yang meligitimasi keseluruhan aktivitas upacara yang tengah berjalan dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah ritual menyambut datangnya panen. Pasola merupakan suatu rangkaian upacara yag meminta berkah kesuburan lahan pertanian pada para leluhur dan Marapu. Oleh karena itu, keberadaan pasola sangat penting dalam sistem politik tradisional. Pasola tidak hanya memperlihatkan sebuah atraksi dan pertarungan antar dua kelompok juga memperlihatkan kontestasi dan relasi kekuasaan yang masuk secara masif dalam setiap elit tradisional untuk memperkuat identitasnya sebagai suku yang bermartabat

Tenun ikat sumba

  Kain tenun ikat adalah kain tenun yang pembuatan motifnya menggunakan teknik ikat. Teknik ikat dilakukan pada bagian-bagian tertentu dari benang, dengan maksud agar bagian-bagian yang terikat itu tidak terwarnai ketika benang dimasukkan kedalam cairan pewarna. Bagian-bagian yang diikat telah diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga setelah ditenun akan membetuk motif-motif yang sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan bagian benang yang diikat, tenun ikat dapat dibedakan ke dalam tiga jenis: - Tenun Ikat Lungsin Kain tenun ikat ini dinamakan lungsin, karena motif-motifnya dibuat dengan mengikat bagian-bagian benang lungsin/vertikal dalam proses pewarnaan. - Tenun Ikat Pakan. Jenis kain tenun ikat yang motif-motifnya dibuat dengan mengikat bagian benang pakan/horisontal dalam proses pewarnaan. - Tenun Ikat Ganda atau Gringsing. Jenis tenun ikat ini adalah jenis yang paling sulit pembuatannya. Hal ini disebabkan bagian benang, baik benang lungsin /vertical maupun benang pakan/horizon

Caci

    Caci merupakan kesenian tradisional masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kata caci terdiri dari dua suku kata, yaitu ca yang berarti satu dan ci berarti paksa. Secara harfiah, caci berarti satu lawan satu, saling memukul dan menangkis. Permainan caci dilakukan oleh dua kubu yang terdiri dari penangkis dan pemukul. Pemenang dalam permainan ini adalah orang yang telah berhasil melukai lawannya di bagian wajah. Apabila mengenai bagian tubuh yang lain maka tidak akan diperhitungkan, dan tidak boleh memukul pada bagian tubuh mulai dari pinggang ke bawah. Di sela-sela permainan cad, para tetua adat baik laki-laki maupun perempuan menari (danding) dan bernyanyi (mbata) dengan penuh suka cita sambil berjalan secara teratur membentuk lingkaran. Dalam permainan ini, kubu tidak dimaknai sebagai lawan, namun teman bermain. Anggapan kubu sebagai lawan juga didasari oleh esensi dari caci sendiri yaitu menguatkan semangat kekeluargaan. Permainan caci menjadi wujud ungkapan syukur masyarakat

Makanan khas daerah Ngada

  Sasandu adalah sebuah alat musik khas Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur yang terbagi atas sasandu meko (sasandugong) dan sasandu biola. Sasandu sering disebut dengan Sasandu walaupun pengucapan yang sebenarnya adalah sasandu. Dalam bahasa daerah Rote Ndau, arti kata sandu adalah getaran. Alat musik sasandu biasa bersenandung menghibur diri sendiri dan sesama. Sejarah keberadaan Sasandu di masyarakat Rote memiliki berbagai versi yaitu: - Cerita seorang pemuda bernama Sangguana (1950-an) yang terdampar di Pulau Ndana saat melaut. la dibawa oleh penduduk menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang sehingga sang putri pun terpikat. la minta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah bentuk maupun suaranya. Diilhami oleh mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik yang diberi nama Sandu (artinya bergetar). Ketika sedang