Langsung ke konten utama

Tari Likuari

 

Likurai dalam bahasa Tetun (bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Kabupaten Belu) mempunyai arti menguasai bumi. Liku artinya menguasai dan Rai artinya Tanah atau Bumi. Lambang tarian ini adalah wujud penghormatan kepada para pahlawan yang telah menguasai atau menaklukan bumi. Tarian adat ini ditarikan oleh feto-feto kebas (wanita-wanita cantik) dengan mempergunakan gendang-gendang kecil yang berbentuk lonjong terbuka di salah satu sisinya dan dijepit di bawah ketiak sambil dipukul dengan irama gembira dengan gerakan berlenggak-lenggok diikuti dengan derap kaki yang cepat sesuai dengan irama pukulan.Tarian Likurai dahulunya merupakan suatu tarian perang, yaitu tarian yang ditarikan oleh para wanita baik wanita berusia muda maupun yang berusia tua ketika menyambut atau menyongsong para pahlawan yang pulang dari medan perang. Konon ketika para pahlawan yang pulang perang dengan membawa kepala musuh yang telah dipenggal (sebagai bukti keperkasaan), maka para feto (wanita tua dan muda) terutama mereka yang berdarah bangsawan menjemput para meo (pahlawan) dengan menarikan Tari Likurai dan didampingi oleh beberapa mane (laki-laki) sambil menari (haksoke) dengan menghentakan kaki.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Adat Ngada

Rumah orang Ngada disebut "sa'o". Rumah-rumah ditata membentuk permukiman dengan pola bulat telur atau persegi panjang dan posisi mengelilingi sebuah lapangan yang digunakan untuk berkumpul dan mengadakan upacara. Di tengah-tengah lapangan, terdapat minimal satu susunan panggung batu untuk melengkapi upacara yang disebut "Ture" dimana terdapat Batu ceper yang besar dan disebut Nabe sebagai altar dan batu tegak yang disebut "watu lewa' gambar 1.Rumah Adat Ngada Setiap rumah adat Suku Ngada selalu menghadap ke "ngadhu" dan "bhaga" sebagai poros. Bhaga berbentuk seperti rumah berukuran kecil yang merupakan representasi leluhur perempuan, sementara Ngadhu /Madhu merupakan representasi leluhur laki-laki dengan bentuk menyerupai payung dengan keri atau atap alang-alang dan ijuk dari pohon enau. Jumlah keduanya selalu berpasangan mengartikan banyaknya klan atau woe di dalam satu permukiman. gambar 2.Madhu dan Bhaga

Tenun ikat sumba

  Kain tenun ikat adalah kain tenun yang pembuatan motifnya menggunakan teknik ikat. Teknik ikat dilakukan pada bagian-bagian tertentu dari benang, dengan maksud agar bagian-bagian yang terikat itu tidak terwarnai ketika benang dimasukkan kedalam cairan pewarna. Bagian-bagian yang diikat telah diperhitungkan sedemikian rupa, sehingga setelah ditenun akan membetuk motif-motif yang sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan bagian benang yang diikat, tenun ikat dapat dibedakan ke dalam tiga jenis: - Tenun Ikat Lungsin Kain tenun ikat ini dinamakan lungsin, karena motif-motifnya dibuat dengan mengikat bagian-bagian benang lungsin/vertikal dalam proses pewarnaan. - Tenun Ikat Pakan. Jenis kain tenun ikat yang motif-motifnya dibuat dengan mengikat bagian benang pakan/horisontal dalam proses pewarnaan. - Tenun Ikat Ganda atau Gringsing. Jenis tenun ikat ini adalah jenis yang paling sulit pembuatannya. Hal ini disebabkan bagian benang, baik benang lungsin /vertical maupun benang pakan/hor...